Senin, 30 April 2012

Cloning?

Kloning, Penciptaan oleh Manusia
Pernahkah anda membayangkan ada seseorang yang sangat mirip dengan anda. Layaknya bercermin, semua sisi dari kepala hingga kaki sangat mirip dengan anda. Namun, ia bukanlah bayangan cermin yang hilang saat anda mematikan lampu malam anda melainkan seseorang di dunia nyata yang tentu saja bukan pula kembar identik anda. Ia adalah suatu produk kloningan yang mirip sekali dengan anda namun berbeda generasi kehidupan. Jika hal ini benar-benar terjadi, apakah yang akan terjadi? Kemungkinan besar masyarakat akan gempar dan akan muncul perseteruan antara pihak yang setuju dan tidak.
Perkembangan bioteknologi, dewasa ini, memungkinan hal tersebut terjadi sebab di alam sendiri kloning bukanlah hal yang baru. Kloning yang diambil dari bahasa yunani klonos yang berarti cabang adalah salah satu jenis reproduksi aseksual. Beberapa jenis organisme seperti bakteri, serangga, dan tumbuhan bisa melakukan kloning secara alami atau biasa kita sebut sebagai proses membelah diri. Selain itu, para ilmuwan pun telah berhasil menerapkan teknologi kloning buatan pada tumbuhan dan hewan. Pada tumbuhan teknologinya biasa disebut sebagai kultur jaringan. Pada prinsipnya kultur jaringan ini menggunakan sel tumbuhan yang masih totipoten (misalnya sel-sel pada jaringan meristem) untuk mendapatkan anakan yang mirip sekali dengan induknya. Sedangkan pada hewan biasanya dilakukan sebagai upaya terapi genetik untuk mendapat sifat unggul dari hewan itu. Misalnya, teknologi kloning embrio yang diterapkan memperbanyak anakan dari sapi unggul. Kloning embrio mirip dengan fertilisasi in vitro di mana pembuahan dilakukan diluar individu, namun kemudian pada pembelahan awal embrio di pisah menjadi sejumlah anakan yang kemudian masing-masing akan berkembang menjadi individu tersendiri.
Selain kloning embrio, ada kloning transfer inti. Teknik klon dengan transfer inti adalah klon yang dihasilkan dari satu individu. Prinsipnya adalah dengan memasukkan donor DNA dari hewan yang karakternya diinginkan ke dalam sel telur hewan yang intinya telah dihilangkan. Sel telur ini kemudian ditanamkan ke rahim unduk hewan yang akan membesarkannya. Teknik seperti ini sudah biasa diterapkan pada hewan. Salah satu hasilnya adalah domba dolly. Domba dolly adalah hasil dari kloning transfer inti yang bisa dibilang gagal sebab dolly ternyata memiliki sejumlah penyakit. Pada akhirnya ia pun disuntik mati. Akan tetapi usaha ilmuwan tak berhenti di situ saja, sebab dihasilkan produk kloning transfer inti lain yang ternyata menuai keberhasilan seperti kucing bernama Carbon Copy (CC), atau Coyote yang diklonkan oleh ilmuwan Korea.
Lalu, muncullah pertanyaan, bagaimana jika hal di atas diterapkan pada manusia?
Terdapat dua istilah dalam penerapan kloning bagi manusia, therapeutic cloning, dan reproductive cloning. Kloning terapeutik adalah jenis kloning yang sedang dikembangakan oleh manusia di sisi kedokteran. Terapeutik kloning ini biasa kita kenal sebagai teknologi sel stem (stem cell). Sel  stem adalah sel-sel yang belum terdiferensiasi dan terspesialisasi. Sel ini memiliki kemampuan proliferasi (kemampuan membelah diri) yang sangat tinggi. Sel stem ini dapat di ambil dari embrio ataupun dari manusia. Sel stem dari embrio yang disebut sel stem embrionik didapatkan dari embrio yang berumur 3-5 hari. Pada fase blastosit embrio di ambil sehingga saat di tempatkan di jaringan yang rusak sel stem itu dapat berdiferensiasi menyesuaikan dengan jaringan yang akan digantikannya. Sedangkan untuk sel stem dewasa biasa didapatkan pada beberapa jaringan dewasa. Sel stem ini berfungsi sebagai pengganti sel-sel yang mati karena rusak. Meskipun demikian sejumlah penelitian menunjukan bahwa sel stem suatu jaringan dapat menjadi pengganti jaringan lain, sifat seperti ini disebut plastisitas. Karena potensinya yang besar, terapeutik kloning ini sedang sangat gencar di teliti khususnya bagi dunia kedokteran.
Sedangkan reproductive cloning adalah teknik klon yang bertujuan untuk memproduksi manusia buatan secara utuh. Jika reproductive cloning ini benar-benar terlaksana, seseorang bisa mengatur akan seperti apa anaknya nanti. Tidak hanya jenis kelamin, ia juga bisa mengatur tinggi badan, warna kulit, tingkat kecerdasan, atau hal lain dari si anak tersebut. Dengan teknologi yang terus berkembang bukan tidak mungkin bisa diciptakan seorang superhuman yang merupakan ras-ras unggul baru yang dihasilkan dari teknologi rekayasa genetik.

Secara ringkas, prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian dipisahkan dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan kemudian intinya dipisahkan.
4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua) menjadi sel embrio.
5. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
6. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem donor.[1]
Akan tetapi, terkait dengan penerapan kloning pada manusia, muncullah pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Sebagian dari mereka setuju dengan segala keuntungan dari kloning, sedangkan sebagian lagi menentangnya dengan membawa segala kerugian yang bisa muncul dari tindakan kloning ini.

Pro Kloning dalam Segi Teknologi
Dewasa ini, perkembangan teknologi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Seperti yang telah kita ketahui, teknologi diciptakan demi kemudahan aktivitas manusia. Oleh karena itu banyak para ahli berlomba-lomba menciptakan teknologi baru demi tercapainya kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.
Salah satu contoh teknologi yang sedang marak diperbincangkan adalah teknologi kloning. Hal ini berawal dari percobaan pada hewan domba yang mengalami keberhasilan dan diberi nama domba Dolly. Ian Wilmut, Keith Campbell dan tim di Roslin Institute-Skotlandia berhasil mengkloning Domba Dolly pada tahun 1996. Domba betina ini dikloning dengan teknik kloning transfer inti sel somatik (sel tubuh). DNA Dolly berasal dari sel tunggal yang diambil dari sel telur induknya yang kemudian difusikan dengan sel ‘mammary’ (sel kelenjar susu). Sel yang telah bergabung berkembang menjadi embrio yang kemudian ditanamkan pada biri-biri pengganti .Sebelumnya manusia telah berhasil mengkloning kecebong (1952), ikan (1963), dan tikus (1986).
Sejak keberhasilan kloning Domba 1996, muncullah hasil kloning lain pada Monyet (2000), lembu “Gaur” (2001), sapi (2001),  kucing (2001) dan dikomersialkan pada 2004, kuda (2003), anjing, serigala dan kerbau. Selain itu, beberapa lembaga riset telah berhasil mengkloning bagian tubuh manusia seperti tangan.  Kloning bagian tubuh manusia dilakukan untuk kebutuhan medis, seperti tangan yang hilang karena kecelakaan dapat dikloning baru, begitu juga jika terjadi ginjal yang rusak (gagal ginjal).
Amerika, sebagai pusat perkembangan teknologi telah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mendukung para ilmuwannya melakukan riset yang lebih terhadap teknologi canggih ini. Mereka berharap dengan dikembangkannya teknologi ini, dapat berguna bagi kesejahteraan manusia di masa yang akan datang.
Ilmuwan-ilmuwan amerika pun terus melakukan percobaan kloning ini agar dapat diterapkan pada manusia tanpa menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan tubuh maupun gangguan bagi sistem dan fungsi organ tubuhnya.   Usaha ilmuwan-ilmuwan tersebut membuahkan hasil pada tahun 2004 dimana manusia kloning berhasil dilahirkan. Manusia kloning pertama di dunia bernama Eve, bayi perempuan itu kini berusia 8 tahun. Sehat dan kini mulai menginjak pendidikan Taman Kanak Kanak di pinggiran kota Bahama. Kelahiran Eve merupakan sebuah kejutan.
Pada perkembangannya, masyarakat barat cenderung mendukung penerapan teknologi ini bagi kehidupan manusia. Mereka menganggap teknologi kloning ini akan membawa dampak positif jika diterapkan pada kehidupan manusia. Teknologi kloning ini sangat didukung terutama oleh masyarakat yang sangat sibuk atau tidak bisa melanjutkan pekerjaannya karena alasan tertentu seperti kecelakaan.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa penelitian kloning pada manusia sebenarnya memberikan harapan bagi masa depan dunia kedokteran. Ada banyak dampak positif yang dapat dihasilkan dari perkembangan teknologi kloning. Teknik kloning memungkinkan dokter mengidentifikasi penyebab keguguran spontan, memberikan pemahaman pertumbuhan cepat sel kanker, penggunaan sel stem untuk meregenerasi jaringan syaraf, kemajuan dalam penelitian masalah penuaan, genetika dan pengobatan. Keuntungan-keuntungan tersebut diharapkan dapat berkembang dan bertambah seiring semakin majunya teknologi kloning. Karena itulah banyak pihak yang mendukung pengembangan teknologi kloning tersebut.

Pendapat Kontra Kloning
Human Cloning tak hanya memiliki banyak keuntungan bagi umat manusia, namun juga memiliki banyak kerugian yang tersembunyi di dalamnya. Kita bisa meninjau efek negatif dari Human Cloning dari beberapa aspek,seperti aspek etika dan moral, agama, kesehatan, dan lain-lain.
Secara etika, moral dan keagamaan, adalah tidak wajar kalau seseorang dijadikan “fotokopi” atau di-”fotokopi”. Setiap pribadi manusia memiliki hak atas originalitasnya. Dengan kloning, tak mungkin seseorang menjadi original,karena akan ada dua individu yang “sama” namun sebenarnya berbeda. Manusia berhak menjadi makhluk hidup secara penuh. Kloning pada dasarnya merupakan instrumentalisasi yang berarti manusia dijadikan objek penelitian atau diperalat. Martabatnya sebagai manusia dilecehkan, karena manusia tak hanya dijadikan dengan gen, walaupun peranan gen memang besar, namun juga peran suasana, pendidikan, dan waktu akan ikut membentuk kepribadian seseorang yang spesial dimana tidak akan ada yang benar-benar identik. Peran seorang ibu di waktu hamil pun dapat menentukan sikap seorang anak. Sedangkan dalam proses kloning, manusia tidak menjadi tujuan, melainkan sebagai sarana uji coba laboratorium demi menemukan sesuatu yang baru. Kloning manusia pada hakikatnva melecehkan manusia itu sendiri dan akan memiliki sangat banyak dampak buruk. Campuran gen lelaki dan perempuan tidak ditemukan dalam proses kloning. Kloning berarti melawan secara fundamental persatuan antara pria dan wanita. Selain itu, akan ada bahaya bahwa kloning manusia dipakai sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kematian, atau bahkan untuk mengembalikan seseorang yang terkenal dalam sejarah. Dengan demikian, seorang individu akan terus menerus berlanjut hidup dan akan sangat dimungkinkan adanya “keabadian” bahkan “kebangkitan” dengan menggunakan teknologi kloning, dimana hal tersebut tentu sangat bertentangan dengan ajaran agama yang menitikberatkan pada penghargaan hidup manusia, di mana agama sebagai pedoman moral bagi orang awam menekankan bahwa hak penciptaan kehidupan adalah milik makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari manusia.
Bila dilihat dari aspek kesehatan, sampai saat ini kloning masih sangat tidak aman, bisa dilihat contohnya yaitu domba dolly yang ternyata memiliki sistem imunitas yang kurang baik, dan juga sebelum sampai pada kloning yang baik, proses tersebut mengalami sangat banyak kegagalan, sebagai contoh :
















            Bila dilihat dari keempat contoh gambar di atas, maka kloning manusia terbukti belum efektif. Berdasarkan data dari beberapa situs internet, ditemukan fakta bahwa sebelum terciptanya domba dolly yang dikatakan paling sempurna dari hasil kloning yang lain, para ilmuwan harus melewati 227 percobaan yang gagal terlebih dahulu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kloning pada manusia yang notabene memiliki tingkat kerumitan yang jauh lebih tinggi akan sangat berbahaya dan beresiko.
            Selain dari aspek-aspek di atas, kloning pada manusia masih memiliki dampak buruk yang sangat banyak. Dari aspek ekonomi, bila kloning manusia berhasil disempurnakan, maka akan lebih marak terjadinya perdagangan organ tubuh manusia. Sedangkan dari sektor ilmu pengetahuan, kloning manusia akan membuka sangat banyak pengetahuan baru yang bisa saja disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan perseorangan atau institusi-institusi tertentu.

Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan diatas, kloning akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat rendah, teknologi kloning masih bisa dan akan terus berkembang mengingat betapa besar manfaat yang akan didapat dari pengembangan teknologi ini. Pertentangan juga terus bermunculan seiring dengan berkembangnya teknologi kloning ini, diantaranya adalah permasalahan etika dan moral dalam usaha pengkloningan manusia. Banyak pihak yang menentang keras usaha ini karena bertentangan dengan agama serta tingginya risiko usaha pengkloningan pada manusia. Bahkan manusia sendiri belum mampu memahami dirinya secara sempurna, terutama mengenai aspek kejiwaan dan kesadaran seorang manusia yang berada jauh diluar jangkauan ilmu pengetahuan saat ini.
Pada hakikatnya, diperlukan penerapan yang sesuai pada aplikasi teknologi kloning ini. Yang perlu kita perhatikan adalah esensi buat masyarakat yang luas setelah teknologi kloning ini diterapkan. Sebagai contoh, untuk menghasilkan produk kualitas hasil ternak dengan baik, dapat dilakukan teknologi kloning suatu binatang ternak khusus, maka penerapan kloning tersebut boleh diterapkan karena tidak akan menimbulkan masalah besar pada kehidupan manusia dan menguntungkan manusia. Yang jelas, teknologi kloning ini tidak dapat diterapkan pada manusia, karena manusia merupakan makhluk sosial, yang artinya jika diterapkan akan menimbulkan berbagai pertanyaan. Setelah manusia dikloningkan, manusia tersebut tidak akan hidup secara manusiawi, tetapi akan hidup tidak lengkap dengan kebahagiaan manusia pada umumnya seperti kebahagiaan hidup bersama orang tua, hidup sehat tanpa cacat tubuh, bersosialisasi dengan normal, dll. Teknologi kloning pada manusia pun masih banyak faktor kegagalan. Manusia hidup bukan untuk diperjualbelikan, jadi alat test subject, atau dikorbankan demi kemajuan teknologi yang manfaat dari penerapannya masih belum jelas untuk kedepannya. Kelanjutan pengkloningan manusia ini harus segera diberhentikan, karena secara jelas perlakuannya tidak bersifat manusiawi.
Bagaikan dua sisi mata uang, pro kontra yang tidak ada habisnya akan selalu mengiringi perkembangan teknologi kloning. Artikel ini hanya memaparkan kedua sudut pandang yang saling bertentangan dengan apa adanya, keputusan akhir tetap ada di tangan Anda untuk memihak atau menentangnya. Namun satu hal yang perlu pembaca ingat adalah salah satu petikan kalimat yang pernah diucapkan oleh Albert Einstein berikut, ‘science without religion is lame and religion without science is blind’, ilmu pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh dan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta.

1 komentar:

  1. Artkelnya sangat bermanfaat kak:D
    izin copas ya kaka :))
    terima kasih

    BalasHapus