Kloning, Penciptaan oleh Manusia
Pernahkah anda
membayangkan ada seseorang yang sangat mirip dengan anda. Layaknya bercermin,
semua sisi dari kepala hingga kaki sangat mirip dengan anda. Namun, ia bukanlah
bayangan cermin yang hilang saat anda mematikan lampu malam anda melainkan
seseorang di dunia nyata yang tentu saja bukan pula kembar identik anda. Ia
adalah suatu produk kloningan yang mirip sekali dengan anda namun berbeda
generasi kehidupan. Jika hal ini benar-benar terjadi, apakah yang akan terjadi?
Kemungkinan besar masyarakat akan gempar dan akan muncul perseteruan antara
pihak yang setuju dan tidak.
Perkembangan
bioteknologi, dewasa ini, memungkinan hal tersebut terjadi sebab di alam
sendiri kloning bukanlah hal yang baru. Kloning yang diambil dari bahasa yunani
klonos yang berarti cabang adalah salah satu jenis reproduksi aseksual.
Beberapa jenis organisme seperti bakteri, serangga, dan tumbuhan bisa melakukan
kloning secara alami atau biasa kita sebut sebagai proses membelah diri. Selain
itu, para ilmuwan pun telah berhasil menerapkan teknologi kloning buatan pada
tumbuhan dan hewan. Pada tumbuhan teknologinya biasa disebut sebagai kultur
jaringan. Pada prinsipnya kultur jaringan ini menggunakan sel tumbuhan yang
masih totipoten (misalnya sel-sel pada jaringan meristem) untuk mendapatkan
anakan yang mirip sekali dengan induknya. Sedangkan pada hewan biasanya
dilakukan sebagai upaya terapi genetik untuk mendapat sifat unggul dari hewan
itu. Misalnya, teknologi kloning embrio yang diterapkan memperbanyak anakan dari
sapi unggul. Kloning embrio mirip dengan fertilisasi in vitro di mana pembuahan
dilakukan diluar individu, namun kemudian pada pembelahan awal embrio di pisah
menjadi sejumlah anakan yang kemudian masing-masing akan berkembang menjadi
individu tersendiri.
Selain kloning
embrio, ada kloning transfer inti. Teknik klon dengan transfer inti adalah klon
yang dihasilkan dari satu individu. Prinsipnya adalah dengan memasukkan donor
DNA dari hewan yang karakternya diinginkan ke dalam sel telur hewan yang
intinya telah dihilangkan. Sel telur ini kemudian ditanamkan ke rahim unduk
hewan yang akan membesarkannya. Teknik seperti ini sudah biasa diterapkan pada
hewan. Salah satu hasilnya adalah domba dolly. Domba dolly adalah hasil dari
kloning transfer inti yang bisa dibilang gagal sebab dolly ternyata memiliki
sejumlah penyakit. Pada akhirnya ia pun disuntik mati. Akan tetapi usaha
ilmuwan tak berhenti di situ saja, sebab dihasilkan produk kloning transfer
inti lain yang ternyata menuai keberhasilan seperti kucing bernama Carbon Copy (CC), atau Coyote yang diklonkan oleh ilmuwan Korea.
Lalu, muncullah
pertanyaan, bagaimana jika hal di atas diterapkan pada manusia?
Terdapat dua
istilah dalam penerapan kloning bagi manusia, therapeutic cloning, dan reproductive
cloning. Kloning terapeutik adalah jenis kloning yang sedang dikembangakan
oleh manusia di sisi kedokteran. Terapeutik kloning ini biasa kita kenal
sebagai teknologi sel stem (stem cell).
Sel stem adalah sel-sel yang belum
terdiferensiasi dan terspesialisasi. Sel ini memiliki kemampuan proliferasi (kemampuan
membelah diri) yang sangat tinggi. Sel stem ini dapat di ambil dari embrio
ataupun dari manusia. Sel stem dari embrio yang disebut sel stem embrionik
didapatkan dari embrio yang berumur 3-5 hari. Pada fase blastosit embrio di
ambil sehingga saat di tempatkan di jaringan yang rusak sel stem itu dapat
berdiferensiasi menyesuaikan dengan jaringan yang akan digantikannya. Sedangkan
untuk sel stem dewasa biasa didapatkan pada beberapa jaringan dewasa. Sel stem
ini berfungsi sebagai pengganti sel-sel yang mati karena rusak. Meskipun
demikian sejumlah penelitian menunjukan bahwa sel stem suatu jaringan dapat
menjadi pengganti jaringan lain, sifat seperti ini disebut plastisitas. Karena
potensinya yang besar, terapeutik kloning ini sedang sangat gencar di teliti khususnya
bagi dunia kedokteran.
Sedangkan reproductive cloning adalah teknik klon yang bertujuan untuk memproduksi manusia buatan secara utuh. Jika reproductive cloning ini benar-benar terlaksana, seseorang bisa mengatur akan seperti apa anaknya nanti. Tidak hanya jenis kelamin, ia juga bisa mengatur tinggi badan, warna kulit, tingkat kecerdasan, atau hal lain dari si anak tersebut. Dengan teknologi yang terus berkembang bukan tidak mungkin bisa diciptakan seorang superhuman yang merupakan ras-ras unggul baru yang dihasilkan dari teknologi rekayasa genetik.

Secara ringkas, prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian dipisahkan dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan kemudian intinya dipisahkan.
4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua) menjadi sel embrio.
5. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
6. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem donor.[1]

Secara ringkas, prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian dipisahkan dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan kemudian intinya dipisahkan.
4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua) menjadi sel embrio.
5. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
6. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem donor.[1]
Akan tetapi, terkait dengan penerapan kloning pada manusia, muncullah pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Sebagian dari mereka setuju dengan segala keuntungan dari kloning, sedangkan sebagian lagi menentangnya dengan membawa segala kerugian yang bisa muncul dari tindakan kloning ini.
Pro Kloning dalam Segi Teknologi
Dewasa
ini, perkembangan teknologi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat
sehari-hari. Seperti yang telah kita ketahui, teknologi diciptakan demi
kemudahan aktivitas manusia. Oleh karena itu banyak para ahli berlomba-lomba
menciptakan teknologi baru demi tercapainya kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera.
Salah
satu contoh teknologi yang sedang marak diperbincangkan adalah teknologi
kloning. Hal ini berawal dari percobaan pada hewan domba yang mengalami
keberhasilan dan diberi nama domba Dolly. Ian Wilmut, Keith Campbell dan tim di
Roslin Institute-Skotlandia berhasil mengkloning Domba Dolly pada tahun 1996. Domba betina ini dikloning dengan
teknik kloning transfer inti sel somatik (sel tubuh). DNA Dolly berasal dari
sel tunggal yang diambil dari sel telur induknya yang kemudian difusikan dengan
sel ‘mammary’ (sel kelenjar susu). Sel yang telah bergabung berkembang menjadi
embrio yang kemudian ditanamkan pada biri-biri pengganti .Sebelumnya manusia telah
berhasil mengkloning kecebong (1952), ikan (1963), dan tikus (1986).
Sejak keberhasilan kloning Domba 1996, muncullah hasil kloning lain pada Monyet (2000), lembu
“Gaur” (2001), sapi (2001), kucing (2001) dan dikomersialkan pada 2004,
kuda (2003), anjing, serigala dan kerbau. Selain itu, beberapa lembaga riset
telah berhasil mengkloning bagian tubuh manusia seperti tangan. Kloning
bagian tubuh manusia dilakukan untuk kebutuhan medis, seperti tangan yang
hilang karena kecelakaan dapat dikloning baru, begitu juga jika terjadi ginjal
yang rusak (gagal ginjal).
Amerika, sebagai
pusat perkembangan teknologi telah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk
mendukung para ilmuwannya melakukan riset yang lebih terhadap teknologi canggih
ini. Mereka berharap dengan dikembangkannya teknologi ini, dapat berguna bagi
kesejahteraan manusia di masa yang akan datang.
Ilmuwan-ilmuwan
amerika pun terus melakukan percobaan kloning ini agar dapat diterapkan pada
manusia tanpa menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan tubuh maupun gangguan
bagi sistem dan fungsi organ tubuhnya. Usaha ilmuwan-ilmuwan tersebut
membuahkan hasil pada tahun 2004 dimana manusia kloning berhasil dilahirkan.
Manusia kloning pertama di dunia bernama Eve, bayi perempuan itu kini berusia 8
tahun. Sehat dan kini mulai menginjak pendidikan Taman Kanak Kanak di pinggiran
kota Bahama. Kelahiran Eve merupakan sebuah kejutan.
Pada
perkembangannya, masyarakat barat cenderung mendukung penerapan teknologi ini
bagi kehidupan manusia. Mereka menganggap teknologi kloning ini akan membawa
dampak positif jika diterapkan pada kehidupan manusia. Teknologi kloning ini
sangat didukung terutama oleh masyarakat yang sangat sibuk atau tidak bisa
melanjutkan pekerjaannya karena alasan tertentu seperti kecelakaan.
Dari uraian di
atas, dapat kita simpulkan bahwa penelitian kloning pada manusia sebenarnya
memberikan harapan bagi masa depan dunia kedokteran. Ada banyak dampak positif
yang dapat dihasilkan dari perkembangan teknologi kloning. Teknik kloning
memungkinkan dokter mengidentifikasi penyebab keguguran spontan, memberikan
pemahaman pertumbuhan cepat sel kanker, penggunaan sel stem untuk meregenerasi
jaringan syaraf, kemajuan dalam penelitian masalah penuaan, genetika dan
pengobatan. Keuntungan-keuntungan tersebut diharapkan dapat berkembang dan
bertambah seiring semakin majunya teknologi kloning. Karena itulah banyak pihak
yang mendukung pengembangan teknologi kloning tersebut.
Pendapat Kontra Kloning
Human
Cloning tak
hanya memiliki banyak keuntungan bagi umat manusia, namun juga memiliki banyak
kerugian yang tersembunyi di dalamnya. Kita bisa meninjau efek negatif dari Human Cloning dari beberapa
aspek,seperti aspek etika dan moral, agama, kesehatan, dan lain-lain.
Secara etika,
moral dan keagamaan, adalah tidak wajar kalau seseorang dijadikan “fotokopi”
atau di-”fotokopi”. Setiap pribadi manusia memiliki hak atas originalitasnya.
Dengan kloning, tak mungkin seseorang menjadi original,karena akan ada dua
individu yang “sama” namun sebenarnya berbeda. Manusia berhak menjadi makhluk
hidup secara penuh. Kloning pada dasarnya merupakan instrumentalisasi yang
berarti manusia dijadikan objek penelitian atau diperalat. Martabatnya sebagai
manusia dilecehkan, karena manusia tak hanya dijadikan dengan gen, walaupun
peranan gen memang besar, namun juga peran suasana, pendidikan, dan waktu akan
ikut membentuk kepribadian seseorang yang spesial dimana tidak akan ada yang
benar-benar identik. Peran seorang ibu di waktu hamil pun dapat menentukan
sikap seorang anak. Sedangkan dalam proses kloning, manusia tidak menjadi
tujuan, melainkan sebagai sarana uji coba laboratorium demi menemukan sesuatu
yang baru. Kloning manusia pada hakikatnva melecehkan manusia itu sendiri dan
akan memiliki sangat banyak dampak buruk. Campuran gen lelaki dan perempuan
tidak ditemukan dalam proses kloning. Kloning berarti melawan secara
fundamental persatuan antara pria dan wanita. Selain itu, akan ada bahaya bahwa
kloning manusia dipakai sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kematian, atau
bahkan untuk mengembalikan seseorang yang terkenal dalam sejarah. Dengan demikian,
seorang individu akan terus menerus berlanjut hidup dan akan sangat
dimungkinkan adanya “keabadian” bahkan “kebangkitan” dengan menggunakan
teknologi kloning, dimana hal tersebut tentu sangat bertentangan dengan ajaran agama yang
menitikberatkan pada penghargaan hidup manusia, di mana agama sebagai pedoman
moral bagi orang awam menekankan bahwa hak penciptaan kehidupan adalah milik
makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari manusia.
Bila dilihat dari aspek kesehatan, sampai saat ini kloning masih sangat tidak aman, bisa dilihat contohnya yaitu domba dolly yang ternyata memiliki sistem imunitas yang kurang baik, dan juga sebelum sampai pada kloning yang baik, proses tersebut mengalami sangat banyak kegagalan, sebagai contoh :
Bila dilihat dari aspek kesehatan, sampai saat ini kloning masih sangat tidak aman, bisa dilihat contohnya yaitu domba dolly yang ternyata memiliki sistem imunitas yang kurang baik, dan juga sebelum sampai pada kloning yang baik, proses tersebut mengalami sangat banyak kegagalan, sebagai contoh :
![]() ![]() |
![]() ![]() |
||
Selain dari aspek-aspek di atas, kloning pada manusia masih memiliki dampak buruk yang sangat banyak. Dari aspek ekonomi, bila kloning manusia berhasil disempurnakan, maka akan lebih marak terjadinya perdagangan organ tubuh manusia. Sedangkan dari sektor ilmu pengetahuan, kloning manusia akan membuka sangat banyak pengetahuan baru yang bisa saja disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan perseorangan atau institusi-institusi tertentu.
Kesimpulan
Seperti yang
telah dijelaskan diatas, kloning akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan
manusia. Meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat rendah, teknologi
kloning masih bisa dan akan terus berkembang mengingat betapa besar manfaat
yang akan didapat dari pengembangan teknologi ini. Pertentangan juga terus
bermunculan seiring dengan berkembangnya teknologi kloning ini, diantaranya
adalah permasalahan etika dan moral dalam usaha pengkloningan manusia. Banyak
pihak yang menentang keras usaha ini karena bertentangan dengan agama serta
tingginya risiko usaha pengkloningan pada manusia. Bahkan manusia sendiri belum
mampu memahami dirinya secara sempurna, terutama mengenai aspek kejiwaan dan
kesadaran seorang manusia yang berada jauh diluar jangkauan ilmu pengetahuan
saat ini.
Pada hakikatnya,
diperlukan penerapan yang sesuai pada aplikasi teknologi kloning ini. Yang
perlu kita perhatikan adalah esensi buat masyarakat yang luas setelah teknologi
kloning ini diterapkan. Sebagai contoh, untuk menghasilkan produk kualitas
hasil ternak dengan baik, dapat dilakukan teknologi kloning suatu binatang
ternak khusus, maka penerapan kloning tersebut boleh diterapkan karena tidak
akan menimbulkan masalah besar pada kehidupan manusia dan menguntungkan
manusia. Yang jelas, teknologi kloning ini tidak dapat diterapkan pada manusia,
karena manusia merupakan makhluk sosial, yang artinya jika diterapkan akan
menimbulkan berbagai pertanyaan. Setelah manusia dikloningkan, manusia tersebut
tidak akan hidup secara manusiawi, tetapi akan hidup tidak lengkap dengan
kebahagiaan manusia pada umumnya seperti kebahagiaan hidup bersama orang tua,
hidup sehat tanpa cacat tubuh, bersosialisasi dengan normal, dll. Teknologi
kloning pada manusia pun masih banyak faktor kegagalan. Manusia hidup bukan
untuk diperjualbelikan, jadi alat test subject, atau dikorbankan demi
kemajuan teknologi yang manfaat dari penerapannya masih belum jelas untuk
kedepannya. Kelanjutan pengkloningan manusia ini harus segera diberhentikan,
karena secara jelas perlakuannya tidak bersifat manusiawi.
Bagaikan dua
sisi mata uang, pro kontra yang tidak ada habisnya akan selalu mengiringi
perkembangan teknologi kloning. Artikel ini hanya memaparkan kedua sudut
pandang yang saling bertentangan dengan apa adanya, keputusan akhir tetap ada
di tangan Anda untuk memihak atau menentangnya. Namun satu hal yang perlu
pembaca ingat adalah salah satu petikan kalimat yang pernah diucapkan oleh
Albert Einstein berikut, ‘science without religion is lame and religion without
science is blind’, ilmu pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh dan agama tanpa
ilmu pengetahuan adalah buta.
Artkelnya sangat bermanfaat kak:D
BalasHapusizin copas ya kaka :))
terima kasih